KOLOID
SISTEM DISPERSI
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata (fase
terdispersi) di dalam zat lain (fase pendispersi atau medium). Fase terdispersi
bersifat diskontinu (terputu-putus) sedangkan medium disperse bersifat kontinu.
3 jenis sistem disperse yaitu ;
- Larutan
Larutan adalah keadaan dimana zat terlarut (molekul,
atom, ion) terdispersi secara homogen dalam zat pelarut. Larutan bersifat
stabil dan tak dapat disaring. Diameter partikel zat terlarut lebih kecil dari
10-7 cm. Contoh : larutan gula, larutan garam
- Suspensi
Suspensi adalah keadaan dimana zat terlarut terdipersi
secara heterogendalam zat pelarut, sehingga partikel-partikel zat terlarut
cenderung mengendap dan dapat dibedakan dari zat pelarutnya.. Suspensi bersifat
diskontinu, dapat disaring dan merupakan sistem 2 fase. Diameter partikel zat
terlarut lebih besar dari 10-5 cm. Contoh: air kopi, air kapur
- Koloid
Koloid adalah suatu campuran yang keadaannya berada
diantara larutan dan suspensi/larutan kasar. Koloid terlihat sebagai campuran
homogen, namun digolongkan sebagai campuran heterogen secara mikrokopis. Koloid
umumnya bersifat tidak stabil dan tidak dapat disaring. Diameter zat terlarut
antar 10-7-10-5 cm.
Perbandingan Sifat Larutan, Koloid dan Suspensi.
Larutan (Dispersi Molekuler)
|
Koloid (Dispersi Koloid)
|
Suspensi (Dispersi Kasar)
|
Contoh : larutan gula
|
Contoh : susu
|
Contoh : air kopi
|
|
|
|
Contoh
1. Larutan gula, larutan garam, Udara bersih
2. Tepung kanji dalam air, Mayones, Debu di udara
3. Campuran pasir dan air, Sel darah merah dan plasma putih dalam plasma darah.
1. Larutan gula, larutan garam, Udara bersih
2. Tepung kanji dalam air, Mayones, Debu di udara
3. Campuran pasir dan air, Sel darah merah dan plasma putih dalam plasma darah.
PENTINGNYA KIMIA KOLOID
Pada umumnya zat yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari berada dalam
keadaan koloid sehingga semua cabang ilmu kimia sangat berkepentingan dengan
kimia koloid, diantaranya sebagai berikut :
- Semua jaringan bersifat koloidal
- Tanah terdiri dari bagian-bagian yang bersifat koloid sehingga ilmu tanah, pertanian dan sebagainya harus mencakup penerapan kimia koloid pada tanah
- Pengetahuan tentang koloid sangat diperlukan dalam industri cat, keramik,plastik, tekstil, kertas, lem, tinta, semen, karet, kulit, penyedap, mentega, keju, susu dan makanan lain, pelumas, sabun, obat semprot pertanian dan insektisida, gel, selai dan lain-lain.
JENIS-JENIS KOLOID
Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase pendispersi dan fase
terdispersi.
No
|
Fase terdispersi
|
Fase pendispersi
|
Nama
|
Contoh
|
1
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol
|
Asap, debu
|
2
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Sol emas, sol belerang, tinta, cat
|
3
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Gelas berwarna, intan
|
4
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
|
Kabut, awan
|
5
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu, santan, minyak ikan
|
6
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi padat
|
Jelly, mutiara
|
7
|
Gas
|
Cair
|
Buih
|
Buih sabun, krim kocok
|
8
|
Gas
|
Padat
|
Buih padat
|
Karet busa, batu apung, stirofoam
|
- Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas
disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol
padat. Contoh aerosol padat : debu buangan knalpot. Sedangkan zat yang
terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair. Contoh aerosol cair :
hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan
aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
- Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut
sol. Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain. Sistem
koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat padat disebut sol padat.
Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata (gem).
- Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut
emulsi. Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat
disebut emulsi padat dan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas
disebut emulsi gas. Syarat terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling
melarutkan. Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air
dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu,
lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi.
Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya
sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran
stabil yang disebut emulsi.
- Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih,
sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih
padat.Buih digunakan dalam proses pengolahan biji logam dan alat pemadam
kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok (whipped cream), busa sabun. Contoh
buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung
pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih
tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil alkohol.
- Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat
setengah kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang
agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu, mutiara, mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan
sebab semua gas bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.
SIFAT-SIFAT KOLOID
1. EFEK TYNDALL
Salah satu mengenali koloid yaitu menjatuhkan seberkas cahaya kepada obyek.
Larutan bersifat meneruskan cahaya sedangkan koloid bersifat menghamburkan
cahaya. Berkas cahaya yang melalui koloid dapat diamati dari arah samping
walaupun partikel koloidnya tidak tampak. Jika partikel terdispersinya kelihatan
maka sistem disebut suspensi. Maka, efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan
cahaya oleh partikel-partikel koloid. Contoh peristiwa efek Tyndall : sorot
lampu pada malam yang berkabut, sorot lampu proyektor di ruangan yang berasap
dan berkas sinar matahari melalui celah daun pohon pada pagi yang berkabut.
2. GERAK BROWN
Gerak zig-zag partikel koloid secara terus-menerus disebut Gerak Brown.
Gerak Brown menunjukkan kebenaran teori kinteik molekul yang menyatakan bahwa
molekul-molekul dalam zat cair selalu bergerak cepat. Gerak Brown terjadi
akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap
partikel koloid. Semakin tinggi suhu, semakin cepat Gerak Brown berlangsung
karenan energi kinetik molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan
yang lebih kuat.Gerak inilah yang menyebabkan partikel-partikel koloid tidak
mengendap karena dapat mengatasi gaya gravitasi. Oleh karena itu, gerak brown
merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid.
3. ELEKTROFORESIS
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik dan mempunyai muatan.
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis.Bila
partikel koloid menyerap ion pada permukaannya, maka partikel koloid akan
bermuatan listrik.
Partikel koloid bermuatan positif bila mengadsorpsi kation, misalnya Al(OH)3,
Fe(OH)3, protein dalam asam dan lain-lain. Senaliknya partikel
koloid akan bermuatan negatif bila mengadsorpsi anion, misalnya As2S3,
belerang, sol logam, kanji dan lain-lain.
Jika sepasang elektrode yang dialiri arus listrik dicelupkan ke dalam
dispersi koloid, maka partikel koloid bermuatan positif akan bergerak menuju
katode dan partikel kolid bermuatan negatif akan bergerak menuju anode.
Kegunaan Elektroforesis :
- Untuk menentukan muatan suatu partikel koloid
- Untuk mengurangi zat-zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik.
Fungsi: untuk mengidentifikasi DNA korban ledakan bom, dll.
4. ADSORPSI
Partikel koloid mempunyai kemampuan untuk menyerap molekul atau ion pada
permukaannya sehingga memiliki muatan listrik disebut adsorpsi. Sol Fe(OH)3
dalam air mengadsorpsi ion positif hingga bermuatan positif, sedangakn
sol As2S3 dalam air mengadsorpsi ion negatif sehingga
bermuatan negatif.
Sifat adsorpsi dari koloid digunakan dalam berbagai proses, di antaranya :
- Penyembuhan sakit perut oleh serbuk karbon (norit), didalam usus membentuk sistem koloid yang dapat menadsorpsi gas atau zat racun.
- Proses pewarnaan kain
- Pemutihan gula tebu. Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang sehingga zat warna dalam gula akan diadsorpsi dan gula menjadi putih bersih.
- Proses penjernihan air. Air ditambahkan alumunium sulfat sehingga terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid yang dapat mengadsorpsi zat warna dan pencemar dalam air.
Muatan koloid merupakan faktor yang dapat menstabilkan koloid
5. KOAGULASI
Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel-partikel koloid karena
adanya suatu elektrolit dengan muatan yang berlawanan. Apabila muatan koloid
dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan menyebabkan penggumpalan/koagulasi.
Peulucutan muatan koloid terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit
ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama
ke dalam sel elektroforesis maka partikel akan digumpalkan ketika mencapai
elektrode. Maskin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya denga
partikel kolod sehingga makin cepat terjadinya koagulasi.
Beberapa contoh koagulasi adalah sebagai berikut :
1. Pada
pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan
penambahan asam asetat atau asam format sehingga karet dapat dipisahkan dari
lateksnya.
2. Partikel
tanah liat yang dikandung air sungai akan mengendap tatkala berjumpa dengan air
laut yang mengandung banyak elektrolit sehingga terjadilah delta di muara
sungai.
3. Jika bagian
tubuh mengalami luka maka ion Al3+ atau Fe3+ segera
menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah sehingga terjadi
penggumpalan darah yang menutupi luka.
4. Lumpur
koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah
liat dalam air biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+
dari tawas (aluminium sulfat)
5. Asap atau
debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
Cottrel.
6. KOLOID PELINDUNG
Pada beberapa proses suatu koloid harus digumpalkan, di lain pihak ada
koloid yang perlu dijaga agar tidak menggumpal. Sistem koloid dapat distabilkan
dengan penambahan suatu koloid lain yang disebut koloid pelindung (koloid
protektif), Koloid pelindung ini akan membungkus partikel terdispersi sehingga
tidak dapat lagi berkelompok dan menggumpalkan. Contoh :
- Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula
- Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung
- Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung
7. DIALISIS
Pada permukaan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat
mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dihilangkan
dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid
dimasukkan ke dalam suatu kantung koloid, lalu kantung koloid itu dimasukkan ke
dalam bejana berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat dari selaput
semipermeable, yang dapat melewatkan pertikel-partikel kecil, seperti ion-ion
atau molekul sederhana, tetapi menahan partikel besar seperti koloid. Dengan
demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air. Contoh : proses
cuci darah.
8. KOLOID LIOFOB DAN KOLOID LIOFIL
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan
koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil jika terdapat gaya tarik-menarik
yang cukup besar anatar zat terdispersi dengan mediumnya. Partikel-partikel
koloid dapat mengadsorpsi cairan sehingga terbentuk selubung cairan
disekeliling partikel koloid. Jika cairannya berupa air maka istilahnya adalah
hidrofil. Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di
permukaannya sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir
koloid liofil/hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk
suatu selubung. Hal tersebut disebut solvatasi/hidratasi sehingga kolid
terhindar dari agregasi (pegelompokkan). Sol hidrofil tidak akan menggumpal
pada penambahan sedikit elektrolit. Zat padat yang dipisahkan dari sol hidrofil
dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil, atau
dengan kata lain bersifat reversible. Contoh sol hidrofil : kanji, protein,
gelatin, detergen, sabun dan agar-agar.
Koloid hidrofob adalah sistem koloid yang gaya tarik-menarik antar zat
terdispersi dengan mediumnya sangat lemah atau tidak ada. Partikel-partikel
koloid tidak mengadsropsi caoran. Jikan cairannya berupa air maka disebut
hidrofob. Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar seperti air
tanpa kehadiran zat pengemulsi atau koloid pelindung. Zat pengemulsi membungkus
partikel koloid sehingga tidak terjadi koagulasi. Sol hidrofob dapat mengalami
koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi
dipisahkan, tidak akan membentuk sol kembali dengan air. Contoh sol hidrofob :
sol belerang, sol-sol logam, susu, mayonaise, dan sol Fe(OH)2.
Perbedaan sol hidrofil dan sol hidrofob
Sol Hidrofil
|
Sol hidrofob
|
|
|
Pengolahan air
bersih
Pengolahan air bersih berdasar pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan
adsorpsi. Bahan-bahan yang diperlukan adalah tawa (alumunium sulfat), pasir,
klorin, atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk
menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring. Tawas juga dapat
mengadsorpsi zat warna atau zat pencemar speperti detergen dan pestisida. Bila tingkat
kekeruhan tinggi, dapat ditambahkan karbon aktif. Pasir berfungsi sebagai
penyaring. Klorin atau kaporit berguna untuk desinfektan/pembasmi hama,
sedangkan kapur tohor berfungsi untuk menaikkan pH karena keasaman akibat
penggunaan tawas.
PEMBUATAN KOLOID
Oleh karena ukuran partikel koloid terletak antara partikel suspensi dan
partikel larutan, maka terdapat 2 cara pembuatan sistem koloid.
- Cara Dispersi
Pada dasarnya, diperoleh partikel koloid dengan menghaluskan
partikel-partikel kasar.
· Cara mekanik
Ø
Penggerusan.penggilingan untuk zat padat. Co: sol belerang
Ø
Pengadukan/pengocokan untuk zat cair
· Cara kimia
(peptisasi)
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pememptisasi (pemecah). Zat pememptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid atau dengan penambahan
elektrolit yang mengandung ion sejenis.
·
Elektrodispersi(metode busur Bredig)
Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. 2 kawat logam yang
berfungsi sebagai elektrode dicelupkan ke dalam air, kemudian di antara kedua
kawat diberi loncatan listrik. Sebagian logam akan mendebu ke dalam air dan
terbentuklah sistem koloid.. Contoh : pembuatan sol Au, Ag, Pt dan Cu.
2. Cara Kondensasi
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya
dilakukan dengan cara kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau
dengan penggatian pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan
partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel
berukuran koloid.
* Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) à As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) à As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif
karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) à AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) à AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
* Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) à Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif
karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) à Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) à Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
* Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) è 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) è 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat
dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirinya gas H2S
2H2S(g) + SO2 (aq) è
3S(s) + 2H2O(l)
* Penggatian pelarut
Cara ini dilakukan dengan
mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut
setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;
- untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
- untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
3. Koloid Asosiasi
Koloid asosiasi adalah sistem koloid yang terbentuk ketika partikel atau
molekul terdispersi mengadakan asosiasi dengan medium pendispersinya.
4. Koloid dan Polusi
Kabut merupakan dispersi partikel air dalam udara. Kabut terjadi jika udara
panas yang mengandung uap air tiba-tiba mengalami pendinginan sehingga sebagian
uap air mengalami kondensasi. Jika asap bergabung dengan kabut maka
terbentuklah asbut (asap kabut/smog). Asbut berbagai jenis gas yang terbentuk
dari serentetan reaksi fotokimia, diantaranya ozon, aldehida dan peroksiasetil
nitrat (PAN=CH3-COOONO2).
PEMURNIAN
KOLOID SOL
Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan kolid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:
Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.
Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.
Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid.
Elektrodialisis
hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut
elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
Penyaring Ultra
Partikel-partikel
kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas
saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi,
bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran
pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi
tersebut disebut penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.
Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari
Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi kolid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;
- Penggumpalan darah
Darah
mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka
kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu
menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu penggumpalan
darah.
-
Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai
mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan
negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang
bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari
air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi
koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
- Pengambilan endapan pengotor
- Pengambilan endapan pengotor
Gas atau
udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung
zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini,
digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan
digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid
- Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui
sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian
akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna
dapat diputihkan.